Friday, September 30, 2011

50 Rayuan Ampuh Menaklukkan Wanita

Wanita mana yang tidak suka dengan kata-kata rayuan? Apalagi rayuan dari pria yang disukainya. Pasti akan membuat wanita semakin sayang dan cinta dengan anda. Masalahnya ada beberapa pria yang memiliki sifat kaku dan kurang romantis, bahkan mungkin belum pernah mengucapkan kata-kata rayuan untuk memuji pasangannya. Kata rayuan di bawah ini mungkin bisa membantu dan jadi inspirasi buat anda yang sedang jatuh cinta, atau ingin menghangatkan cinta yang mulai dingin.
Yang perlu anda perhatikan, anda harus mengatakan kata-kata ini dengan tulus pada saat yang tepat. Misalnya saat dia sedang berada ditempat jauh (pake sms), atau saat dia akan mau tidur malam atau mungkin saat dia sedang butuh perhatian dari anda. Bisa juga menuliskannya di sebuah kertas notes berwarna dan taruh ditempat yang mudah ditemukan. Pokoknya sesuaikan dengan kondisi. Dan jangan gunakan semua kata rayuan di bawah ini dalam satu hari karena dijamin si dia bakalan muntah kebanyakan "gombal". Mari kita lihat kata rayuan apa saja yang bisa membuat si dia melayang-layang.

1. Saat pertama kali bertemu, dirimu selalu hadir dalam hatiku. Waktu berjalan bersama bayangmu, inginnya selalu dekat denganmu.

2. Bila bunga cinta gugur menyelubungi hatiku yang sepi dan pudar bersama cinta. Tiada hal yang terindah selain cinta. Cinta yang lahir dari hati.

3. Ingin meraih kembali cintamu menjadi kenyataan. Saat diriku dalam siksaan cinta, dirimu melenggang pergi tanpa pernah memikirkanku.

4. Untuk apa berlari dalam kelam? Sedang kabut pun tak mau menyibak. Biarlah semua berlalu, mimpi pun aku tak ingin. Meski rindu ini tercipta untukmu.

5. Adakah di hatimu terbesit satu harapan untuk berjanji selamanya bersamaku? Andai dirimu berada disini untuk membuka kembali jalan cinta. Ada rasa rindu disana yang mengisi relung hati. Adakah rindu di hatimu seperti yang kurasakan?

6. Kutahu kau mencintaiku saat kulihat binar matamu bersinar saat menatapku, teduh dan hangat. Kutahu kaulah tempatku bersandar dan berlindung.

7. Aku dengar bisikan angin sampaikan pesanmu padaku. Aku rasakan tetesan embun sebagai lambang kasih sayangmu. Kulihat pelangi hati sebagai gambaran cintamu padaku. Kurasakan ketulusan, kejujuran, dan kesetiaanmu padaku. Kini aku menyadari bila dirimu kau sangat sayang padaku. Tapi semua terasa menjadi tiada indah tanpa dirimu. Kan kujaga semua yang pernah kau berikan padaku, cinta.

8. Kukirimkan malam ini cinta suciku untukmu bersama hembusan angin teduh. Kusalurkan kasih sayangku melalui pori-pori jiwaku untuk bekal tidur yang kau jenjang dalam dekapan kasih membelai jiwamu.

9. Mengapa harus berjumpa saat diriku telah berdua? Ingin diriku lari dari kenyataan bersama hasratku bersamamu. Namun kutak kuasa melawan sumpah yang telah terucap.

10. Cinta pandangan hati adalah anugerah. Cinta yang tumbuh dari hati meninggalkan rasa sayang yang sangat mendalam. Bila seseorang dapat merasakan cinta yang tumbuh dari hati, itulah yang disebut cinta sejati.

11. Ingin kututurkan kata demi kata, tentang perasaanku padamu.dirimu adalah cahaya dalam hatiku? Semoga kita dapat bersatu.

12. Lembayung tergores kelam, menjelajah anganku pilu. Getar kasihmu dalam badai, tinggalkan mimpi menuju harapan. Adakah harapan itu untukku?

13. Ketahuilah, cinta tak akan pernah sekalipun mengetahui tingkat kedalamannya, bila ia belum diterkam oleh perpisahan.

14. Aku datang atas nama cinta dan kini kau datang membawa putih cintamu yang begitu manis melekat dalam relung jiwaku.

15. Jika kegelapan menyembunyikan pepohonan dan bunga-bunga dari penglihatan kita. Ia tidak akan menyembunyikan cinta dalam hati kita.

16. Andaikan saja aku berani berkata cinta. Kini diriku merasa lelah memendam rasa. Ingin kuungkapkan semua, meski tanpa akhir terindah.

17. Meski cinta tak terbalaskan, tapi tetap akan kutunggu hingga engkau hanya memikirkanku seorang.

18. Cinta adalah misteri yang sulit dimengerti. Cinta merupakan anugerah bagi insan manusia. Cinta adalah kebahagiaan yang terpancar dalam diri seseorang, meski terkadang cinta juga meninggalkan rasa sakit. Adakah cinta abadi? Akankah cinta selalu bersemi?

19. Cinta berpuisi seribu makna. Bertahun-tahun perjalanan cinta yang tak pernah terpisahkan oleh waktu dan jarak.

20. Berharap datangnya cinta bagai bunga di musim lalu, dan mengharap turunnya hujan. Kupercaya akan janji, seperti kupercaya terbitnya matahari esok pagi.

21. Terlihat rona mata yang indah, penuh gairah dan kedewasaan. Ramah kala menyapa, dan indah saat bertutur. Entah harus berkata apa, hati ini terpikat oleh pesonanya.

22. Anganku tak berhenti bersajak. Walau kutahu, kau tak pernah menganggap diriku ada, meski rasa letih mendera, aku tak akan pernah melepaskannya lagi. Kau hanya mimpi yang tak akan menjadi nyata hingga segala rasa harus padam dan berakhir. Kan selalu kurasakan hadirmu antara ada dan tiada.

23. Dingin angin malam membawa khayalan kian pasti. Kugantung impian dan asa, dan aku berjanji tidak akan mengecewakan dirinya.

24. Mencintaimu setulus hati, mengarungi lautan untuk mendapatkan cinta suci. Tak akan pernah menduakanmu walaupun terpisah jarak dan perbedaan.

25. Tak semua kata dapat terucap, lain di mulut lain di hati. Suatu hari nanti, kau akan tahu, rasa cinta yang tersimpan.

26. Nikmatilah cinta dengan kasih putih, maka akan lahir cinta sejati.

27. Mengagumimu apa adanya dan menjadi inspirasi dalam hidupku. Membangkitkan rasa cintaku menjadi tak terbatas. Kini, kuserahkan diriku apa adanya.

28. Tak akan pernah tahu, kemana mata hati melangkah dan berpijak. Sosokmu hanya banyang semu di hati. Abadilah asa bersama mimpiku.

29. Sesaat mengenal telah menambah arti dalam hidupku. Kudapatkan anugerah terindah di bulan penuh berkah. Tanpa kata janji, hanya ungkapan cinta dan saling pecaya. Berdua kita jelang masa depan bersama dalam satu cinta, abadi selamanya.

30. Rindu akan belaianmu, kasih sayang, dan ketegaranmu. Walau semua itu t’lah berlalu, tapi takkan pernah terlupakan hingga akhir hayatku.

31. Saat bertemu, aku tak peduli. Saat kau pergi, aku selalu menantimu. Apakah ini namanya cinta?

32. Kau datang disaat keegoisan akan cinta tengah mendera. Membawa cahaya dan kedamaian, membuatku tidak mudah menyerah untuk merengkuh kisah cinta bersamamu.

33. Dalam hati aku menanti, kuserahkan hati sebagai tanda ketulusan cinta.

34. Meski adakah cinta yang tulus setelah sekian lama lelah mencari. Kapankah perjalanan ini kan berakhir?

35. Penderitaanku adalah bayangan gelap bagi dirimu, saat kesetiaan menjadi alasan untuk mencampakanku! Aku takkan lari dari cintamu yang selalu memasungku.

36. Sesuatu yang terbesar dalam hidup ialah mengampuni orang yang menyakiti kita dan tetap mengasihinya.

37. Jangan pernah berkata selamat tinggal jika masih ingin mencoba. Jangan pernah menyerah selama merasa masih dapat maju. Jangan pernah berkata ya bila tidak menyukainya.

38. Untuk apa bicara cinta, jika hatimu tak terbuka. Untuk apa bicara cinta, jika matamu tak bercahaya. Untuk apa bicara cinta, jika hanya membuatmu menderita. Bagiku, dirimu adalah SANG CINTA

39. Apakah arti cinta jika tidak saling mengerti satu sama lain. Jika keegoisan yang muncul, itu bukanlah cinta.

40. Seseorang tak akan pernah menyadari dalamnya rasa cinta sampai tiba saat perpisahan.

41. Cinta bagaikan sepasang burung yang tumbuh melalui jiwa, rasa dan raga. Cinta dapat dimiliki melalui perasaan dua hati..

42. Kuingin lebih mencintaimu sebelum saat lepaskan tubuhku. Kuingin rasakan cintamu seutuhnya sebelum saat tinggalkan jiwaku. Cumbuilah cintaku, belailah hatiku dan peluklah erat jiwaku untuk selamanya.

43. Cinta adalah saling memiliki. Kasih sayang adalah saling memberi. Cinta adalah kejujuran. Mencintai bukan untuk saling menghianati.

44. Apakah cinta itu? Hingga kini masih kunanti hadirnya di relung hatiku.

45. Cinta tak harus memiliki dan mencintai bukanlah menguasai. Biarlah kumencintai dengan caraku sendiri.

46. Jangan sebut cinta abadi jika hanya ingin merasakannya. Hiduplah cinta dan tinggalah di dalamnya maka cinta itu akan kekal.

47. Laksana kumbang yang terjebak dalam taman mawar berduri. Leluasa menikmati tebaran keharumannya. Namun tak kuasa untuk memetiknya. Tak kuasa bebas dari belenggu duri.

48. Cinta tak harus memiliki tapi hanya bisa dirasakan. Berpisah tak harus ada rasa benci. Hanya cinta yang mampu mengatasinya.

49. Cinta dapat melahirkan kebahagiaan dan kebencian. Cinta bukanlah segalanya. Tak perlu berlebihan memperlakukannya. Cintailah sang pencipta cinta.

50. Adakalahnya cinta datang tiba-tiba. Adakalahnya cinta datang walau hanya sesaat. Adakalahnya cinta datang hanya di bibir saja. Tapi cintaku untuk selamanya, dan namamu terukir dilubuk hatiku.

Itulah kata-kata rayuan yang saya ambil dari berbagai sumber,dan saya tidak bertanggung jawab kalau nanti anda dianggap Tukang Gombal. "Selamat mencoba, semoga sukses"

Sumber
http://semua-nyata.blogspot.com

Ksatria - Kstaria Kuno Yang Mati Dengan Cara Memalukan

Sejarah telah membuktikan bahwa aksi-aksi heroik sang pahlawan selalu berujung dengan kematian yang membanggakan. Dan itulah yang kita tahu sampai sekarang. Tetapi, ternyata sejarah juga pernah mencatat bahwa ada beberapa kisah ksatria yang justru berakhir dengan memalukan, bahkan benar-benar memalukan.
Pastinya mereka tidak ingin kematian mereka dikenang untuk kemudian dicatat dalam sejarah. Berikut adalah daftar para ksatria yang mati dengan cara yang sangat konyol dan memalukan.

1. Empedokles
(Cara kematian: melemparkan diri ke sebuah gunung berapi untuk menjadi dewa)
Empedokles adalah seorang filsuf Yunani yang paling dikenal karena teori klasik dari empat elemen. Dikatakan bahwa Empedokles melemparkan dirinya ke gunung berapi aktif Etna di Sisilia untuk membodohi para pengikutnya agar percaya bahwa tubuhnya telah menghilang ke langit dan ia akan terlahir kembali sebagai dewa.
Sayangnya, salah satu sandalnya tersangkut dan tidak ikut terlempar ke gunung berapi dan kemudian ditemukan oleh para pengikutnya. Kemudian para pengikutnya sadar bahwa mereka telah dibodohi oleh orang bodoh.

2. Pyrrhus Epirus
(Cara kematian: Tewas karena dilempar genteng oleh nenek2)
Pyrrhus Epirus adalah salah satu penakluk terbesar dalam sejarah. Puluhan kerajaan telah ia taklukan. Sampai pada saatnya Pyrrhus ditugaskan oleh Cleonymus untuk mengalahkan Sparta dan dijanjikan tahta Sparta.
Tapi Pyrrhus lupa akan kehebatan Spartan. Ia dikalahkan prajurit Spartan, sehingga ia pindah ke Argos. Sialnya, ketika ia memasuki kota melalui jalan-jalan sempit dengan menunggangi gajah, seorang perempuan tua yang tidak senang dengan konflik yang telah ia ciptakan, melemparkan genteng ke arahnya dari balkon. Pyrrhus tewas dalam seketika.

3. Eleazar Maccabeus - 162 SM
(Cara kematian: Dibunuh oleh gajah yang ia bunuh)
Kematian Eleazar Maccabeus dikisahkan dalam kitab Perjanjian Lama "I Maccabeus". Dalam Pertempuran Beth-Zakharia, Eleazar melihat musuh bebuyutannya, Raja Antiokhus V menunggang gajah. Kemudian ia berfikir untuk melakukan aksi heroik dengan membunuh gajah dan raja Antiokhus.
Eleazar melompat di bawah gajah dan menikam perut gajah dengan tombak. Apa yang selanjutnya terjadi sudah ada dalam benak Anda sekalian, bukan? Gajah yang mati jatuh tepat di atas Eleazar dan membunuhnya dengan seketika.


4. Humphrey de Bohun - 1322
(Cara kematian: anus tertusuk tombak)
Humphrey de Bohun adalah anggota kerluarga Anglo-Norman di Inggris. Ia mendapat perintah dari Raja Edward II untuk memimpin pasukan dalam Pertempuran Boroughbridge melawan Harclay, Humphrey de Bohun tewas dengan cara yang benar-benar konyol.
Humphrey de Bohun memimpin pertarungan di sebuah jembatan kayu. Lalu salah seorang dari Harclay's pikemen bersembunyi di bawah jembatan, ia mendorong tombak ke atas jembatan diantara jepitan papan kayu. Secara tidak sengaja, tombak tersebut tepat mengenai anus Humphrey. Humphrey de Bohun tewas dan para prajuritnya panik dan melarikan diri.

5. King Edward II - 1327
(Cara kematian: anus tertusuk obor [besi])
King Edward II memimpin Inggris selama 20 tahun (1307-1327). Ia lebih senang memiliki hubungan khusu dengan pria daripada dengan wanita. Setelah ia turun tahta dan dipenjarakan, istrinya Isabella (yang marah karena hubungan dekat raja dengan seorang pemuda di Royal Court) mengusulkan cara eksekusi yang sedikit aneh.

Pada malam 11 Oktober ketika sedang tertidur di penjara tiba-tiba raja ditangkap dan diseret. Sialnya, ketika memberontak leher sang raja tersangkut tempat tidur dan tercekik. Pengawal yang menyerat Raja terjatuh dan lebih sialnya lagi obor yang dibawa pengawal jatuh tepat di bagian anus raja. Raja tewas dengan seketika tanpa hukuman."
Keterangan : King Edward II adalah raja dari Humphrey de Bohun. Mereka tewas dengan cara yang sama

6. Kaisar Mughal Humayun - 1556
(Cara kematian: Tersandung jubah dan jatuh dari tangga)
Kaisar Mughal Humayun adalah penguasa agung yang memerintah Afghanistan, Pakistan, dan bagian utara India dari 1530-1540 dan 1555-1556. Dia adalah seorang pecinta seni dan astronomi. Namun, ia juga sangat religius dan inilah yang menyebabkan ia jatuh (benar-benar terjatuh).
Ketika ia membawa buku dari perpustakaan, Humayun mendengar panggilan doa. Kebiasaannya adalah menumpu-kan satu lutut ketika mendengar panggilan doa kapanpun dan dimanapun ia berada. dan ketika ia menekuk lutut, kakinya tersandung dalam lipatan jubah panjang.
Dia kebetulan sedang berdiri di atas sebuah tangga kecil. Humayun jatuh dari tangga dan kepalanya terbentur hingga tewas dalam seketika.

7. Julien Offray de La Mettrie - 1751
(Cara kematian: kebanyakan makan)
Julien Offray de La Mettrie adalah seorang dokter Perancis, filsuf dan orang jenius. Dia percaya bahwa kesenangan sensual (seperti makan dan seks) adalah satu-satunya alasan untuk hidup, sehingga ia memutuskan untuk menjalani hidupnya dengan prinsip itu.
Julien adalah seorang ateis dan percaya bahwa kehidupan di bumi ini hanya sebuah lelucon dan akan berakhir dengan kepuasan diri. Ironisnya, ia meninggal setelah makan terlalu banyak di sebuah pesta yang diadakan oleh pasien yang ia sembuhkan.
source: indowebster.we.id

Gerakan 30 September : Dalih Pembunuhan Massal dan Kudeta Soeharto

Setelah menunggu empat dekade, akhirnya terbitlah buku yang menguak misteri peristiwa Gerakan 30 September. Dalih Pembunuhan Massal: Gerakan 30 September dan Kudeta Soeharto, terjemahan dari buku Pretext for Mass Murder karya John Roosa.

Ketidakjelasan itu bertahan demikian lama karena rezim Orde Baru melakukan monopoli sejarah dan memupuknya bertahun-tahun. Versi lain, seperti yang ditulis oleh Ben Anderson dan kawan-kawan (kemudian dikenal sebagai Cornell Paper), yang menganggap bahwa itu persoalan intern AD (Angkatan Darat), dilarang dan penulisnya dicekal masuk Indonesia. Perdebatan tentang Gerakan 30 September diharamkan, bahkan usaha ISAI (Institut Studi Arus Informasi) menerbitkan buku tipis tentang masing-masing versi Gerakan 30 September itu diganjal Kejaksaan Agung pada tahun 1995.

Dalam suasana demikian, ketika Soeharto jatuh, bermunculanlah di tanah air berbagai (terjemahan) tulisan tentang Gerakan 30 September sejak tahun 1998. Analisis yang diberikan beragam, mulai dari kudeta merangkak (Saskia Wieringa, Peter Dale Scott, Subandrio) sampai dengan kudeta yang disengaja untuk gagal seperti yang ditulis Coen Hotzappel.

Judul buku: Dalih Pembunuhan Massal, Gerakan 30 September dan Kudeta Soeharto
Pengarang: John Roosa
Penerjemah: Hersri Setiawan
Penerbit: Institut Sejarah Sosial Indonesia dan Hasta Mitra
Tebal: 392 halaman

Memang ada berbagai kelompok yang diuntungkan dengan kegagalan kudeta itu, namun apakah pihak tersebut mendesain peristiwa itu sedemikian rupa dengan skenario yang rapi dan semuanya berjalan seperti yang diharapkan mereka? Tampaknya tidak demikian.

Mengapa 3 Juta Yang Dituduh Anggota PKI Tidak Melawan Ketika Dibantai ?

Namun, masing-masing teori itu memiliki kelemahan. Kalau disebutkan bahwa Partai Komunis Indonesia (PKI) secara keseluruhan melakukan pemberontakan, kenapa 3 juta anggota partai ini tidak melakukan perlawanan ketika diburu dan dibunuh setelah gerakan itu meletus? Kenapa partai komunis terbesar ketiga di dunia saat itu begitu mudah dirontokkan?

Analisis yang menyebutkan bahwa itu persoalan intern Angkatan Darat juga tidak memuaskan karena persoalannya tidak sesederhana itu. Bukankah Sjam dan Pono juga terlibat? Sementara itu, versi Soekarno sebagai dalang juga diragukan. Bila sang presiden mengetahui sepenuhnya rencana aksi ini sebelumnya, kenapa ia berputar-putar di kota Jakarta sebelum menuju pangkalan udara tanggal 1 Oktober 1965? Mengapa Presiden Soekarno tidak langsung saja dari Wisma Yaso kediaman Ratna Sari Dewi (sekarang Museum Satria Mandala di Jalan Gatot Subroto) menuju Halim Perdanakusuma?

Sejenius Itukah Suharto Merancang Semua Itu

Demikian pula Soeharto tidaklah terlampau “jenius” untuk bisa merancang suatu perebutan kekuasaan secara sistematis. Masih perlu diinvestigasi lebih lanjut seberapa jauh Soeharto mengetahui rencana tersebut sebagaimana disampaikan Kolonel Latif dalam pertemuan malam sebelumnya di Rumah Sakit Angkatan Darat Gatot Subroto.

Amerika Serikat (AS) tidaklah ikut campur pada tanggal 30 September dan 1 Oktober 1965, walaupun berbagai dokumen menyebut keterlibatan mereka sebelum dan sesudah peristiwa berdarah tersebut. Bagi pemerintah AS waktu itu, bila Indonesia dengan penduduk keempat atau kelima terbesar di dunia itu–dengan sumber daya alam berlimpah dan posisi sangat strategis– jatuh ke tangan komunis, berarti telah terjadi kiamat.

Riset yang dilakukan John Roosa menggunakan arsip yang jarang diulas secara utuh selama ini, seperti dokumen Supardjo, tulisan-tulisan Muhammad Munir dan Iskandar Subekti yang tersimpan di Amsterdam, wawancara dengan tokoh-tokoh PKI seperti “Hasan” yang meminta dirahasiakan identitasnya sampai ia meninggal.

Muhammad Munir adalah anggota Politbiro PKI dan Iskandar Subekti adalah panitera Politbiro PKI, yang pada tanggal 1 Oktober 1965 mengetik pengumuman-pengumuman yang dikeluarkan Gerakan 30 September. Adapun “Hasan” memiliki posisi yang dianggap logis mengetahui kegiatan Biro Chusus. “Hasan” sendiri sudah menulis memoar yang sudah diserahkan kepada penulis buku (John Roosa) yang dapat dipublikasikan setelah ia meninggal. Di samping dokumen-dokumen penting itu, serta wawancara mendalam dengan tokoh sentral organisasi kiri itu, arsip-arsip yang berasal dari Departemen Luar Negeri AS membantu menjelaskan berbagai hal.

Dokumen Suparjo

Dokumen Supardjo dianggap cukup sahih–sebagai semacam pertanggungjawaban setelah peristiwa itu terjadi–yang ditulis ketika ia belum tertangkap. Beberapa saksi, termasuk Letnan Kolonel Udara Heru Atmodjo, yang sama-sama di penjara dengan Supardjo, mengakui keberadaan surat tersebut. Pihak keluarga juga mengiyakan informasi yang pernah disampaikan Supardjo.

Dokumen itu memperlihatkan bahwa kelemahan utama Gerakan 30 September adalah karena tidak adanya satu komando. Terdapat dua kelompok pimpinan, yakni kalangan militer (Untung, Latief dan Sudjono) dan pihak Biro Chusus PKI (Sjam, Pono, Bono dengan Aidit di latar belakang). Sjam memegang peran sentral karena ia berada dalam posisi penghubung antara kedua pihak ini.

Namun, ketika upaya ini tidak mendapat dukungan dari Presiden Soekarno, bahkan diminta untuk dihentikan, maka kebingungan terjadi dan kedua kelompok ini pecah. Kalangan militer ingin mematuhi permintaan Soekarno, sedangkan Biro Chusus tetap melanjutkannya. Ini dapat menjelaskan mengapa antara pengumuman pertama dengan kedua dan ketiga terdapat selang waktu sampai lima jam. Sesuatu yang dalam upaya kudeta merupakan kesalahan besar. Pada pagi hari mereka mengumumkan bahwa Presiden dalam keadaan selamat. Sedangkan pengumuman berikutnya pada siang hari sudah berubah drastis (pembentukan Dewan Revolusi dan pembubaran kabinet).

Buku ini menyederhanakan kerumitan misteri itu dengan metode ala detektif. Pembaca diyakinkan bahwa tokoh kunci Gerakan 30 September, Sjam Kamaruzzaman, bukanlah agen ganda, apalagi triple agent, melainkan pembantu setia Aidit sejak bertahun-tahun. Pelaksana Biro Chusus PKI yang ditangkap tahun 1968 ini baru dieksekusi tahun 1986. Ia bagaikan putri Syahrazad yang menunda pembunuhan dirinya dengan menceritakan kepada raja sebuah kisah setiap malam, sehingga mampu bertahan selama 1001 malam. Sjam bertahan lebih dari 18 tahun dengan mengarang 1001 pengakuan.

Dokumen Supardjo mengungkapkan mengapa gerakan itu gagal dan tidak bisa diselamatkan. Kerancuan antara “penyelamatan Presiden Soekarno” dan “percobaan kudeta” dengan membubarkan kabinet dijelaskan dengan gamblang. Jauh sebelum peristiwa berdarah itu, AS telah memikirkan dan mendiskusikan segala tindakan yang perlu untuk mendorong PKI melakukan gebrakan lebih dahulu, sehingga dapat dipukul secara telak oleh Angkatan Darat. Dan, Aidit pun terjebak. Karena sudah mengetahui sebelum peristiwa itu terjadi, maka Soeharto adalah jenderal yang paling siap pada tanggal 1 Oktober 1965 ketika orang lain bingung dan panik. Nama Soeharto sendiri tidak dimasukkan dalam daftar perwira tinggi yang akan diculik.

Seperti disampaikan sejarawan Hilmar Farid dalam peluncuran buku ini di Yogyakarta, karya ini berjasa mengungkapkan bahwa Gerakan 30 September itu lebih tepat dianggap sebagai aksi (untuk menculik tujuh jenderal dan menghadapkan kepada Presiden), bukan sebagai gerakan. Karena peristiwa ini merupakan aksi sekelompok orang di Jakarta dan Jawa Tengah yang dapat diberantas dalam waktu satu-dua hari.

Namun, aksi ini (yang kemudian ternyata menyebabkan tewasnya enam jenderal) kemudian oleh Soeharto dan kawan-kawan dijadikan dalih untuk memberantas PKI sampai ke akar-akarnya, yang di lapangan menyebabkan terjadinya pembunuhan massal dengan korban lebih dari setengah juta jiwa. Kalau para jenderal yang diculik itu tertangkap hidup-hidup, mungkin sejarah Indonesia akan lain. Massa PKI akan turun ke jalan dan menuntut para jenderal itu dipecat. Presiden akan didesak untuk memberikan kursi departeman kepada golongan kiri itu, karena sampai tahun 1965 Soekarno tidak pernah mempercayakan pimpinan departemen kepada tokoh komunis kecuali Menteri Negara.

Buku ini memiliki kelemahan kecil, seperti penulisan Kapten Bambang Widjanarko (hal 116; seharusnya kolonel) dan Kolonel H Maulwi Saelan (hal 57; pada tahun 1965 Saelan belum naik haji). Saelan baru menunaikan rukun Islam itu pada era Orde Baru dan memimpin Yayasan Sekolah Islam Al Azhar.

Namun, di sisi lain, buku mempunyai banyak kelebihan.
Pertama, menggunakan dokumen yang selama ini diabaikan, seperti dokumen Supardjo, pledoi Iskandar Subekti dan tulisan Muhammad Munir.
Kedua, Roosa berhasil melakukan wawancara mendalam dengan “Hasan”, tokoh kunci yang mengetahui kiprah unit yang disebut sebagai Biro Chusus PKI.

Ketiga, sumber-sumber di atas dilengkapi dengan arsip-arsip Amerika Serikat yang telah terbuka dari waktu ke waktu dan menjadi perangkat yang andal untuk melakukan analisis sejarah.
Keempat, John Roosa berhasil menyusun narasi baru bahwa Gerakan 30 September sebenarnya bukan gerakan, melainkan suatu aksi yang ternyata dijadikan dalih untuk melakukan pembunuhan massal.

Kelima, upaya yang sudah dilakukan dosen sejarah Universitas British Columbia, Kanada, ini menyebabkan perdebatan tentang siapa dalang G30S itu sudah sepatutnya diakhiri. Seyogianya diskusi kini beralih tentang bagaimana proses pembunuhan massal 1965 itu terjadi dan mengapa sampai memakan korban demikian banyak. Jadi, yang patut dipertanyakan bukan lagi “siapa dalang G30S” melainkan “siapa dalang pembantaian 1965″.

Buku Dalih Pembunuhan Massal: Gerakan 30 September dan Kudeta Soeharto telah berhasil menampilkan data baru (berbagai dokumen dari dalam dan luar negeri), metodologi baru (dengan mengikutsertakan sejarah lisan) dan perspektif baru (ini adalah aksi bukan gerakan, tetapi kemudian dijadikan dalih untuk peristiwa berikutnya yang lebih dahsyat).

Oleh : Asvi Warman Adam, ahli peneliti utama LIPI

Oncología: La colposcopía y el tratamiento de la neoplasia intraepitelial cervical


La colposcopía y el tratamiento de la neoplasia intraepitelial cervical

Contenido:
1 Introducción a la anatomía del cuello uterino
2 Introducción a la neoplasia intraepitelial cervical (NIC)
3 Introducción al cáncer invasor del cuello uterino
4 Introducción a la colposcopia: indicaciones, instrumental, principios y registro de los resultados
5 El examen colposcópico paso a paso
6 Aspecto colposcópico del cuello uterino normal
7 Examen colposcópico de la neoplasia intraepitelial cervical
8 Diagnóstico colposcópico del carcinoma invasor preclínico del cuello uterino y de la neoplasia glandular
9 Lesiones inflamatorias del cuello uterino
10 Cómo evitar errores en el examen colposcópico del cuello uterino y en el diagnóstico colposcópico provisional
11 Cómo proporcionar asistencia continua a las mujeres
12 Tratamiento de la neoplasia intraepitelial cervical mediante crioterapia
13 Tratamiento de la neoplasia intraepitelial cervical mediante escisión electroquirúrgica con asa (LEEP)
14 Descontaminación, limpieza, desinfección de alto grado y esterilización de los instrumentos empleados en el diagnóstico y tratamiento de la neoplasia cervical
Anexos
1 Ejemplo de un registro de colposcopia
2 Ejemplo de un formulario de consentimiento
3 Preparación de la solución de ácido acético al 5%, la yodoyodurada de Lugol y la de Monsel
4 Terminología colposcópica
5 El índice colposcópico modificado de Reid (RCI)*

Autores: John W. Sellors, R. Sankaranarayanan
Organización Panamericana de la Salud
Año: 2003
Páginas: 140
ISBN: 92-75-32471-9
Tamaño: 2.53 MB
Formato: PDF
Idioma: Español


Oncología: La colposcopía y el tratamiento de la neoplasia intraepitelial cervical


La colposcopía y el tratamiento de la neoplasia intraepitelial cervical

Contenido:
1 Introducción a la anatomía del cuello uterino
2 Introducción a la neoplasia intraepitelial cervical (NIC)
3 Introducción al cáncer invasor del cuello uterino
4 Introducción a la colposcopia: indicaciones, instrumental, principios y registro de los resultados
5 El examen colposcópico paso a paso
6 Aspecto colposcópico del cuello uterino normal
7 Examen colposcópico de la neoplasia intraepitelial cervical
8 Diagnóstico colposcópico del carcinoma invasor preclínico del cuello uterino y de la neoplasia glandular
9 Lesiones inflamatorias del cuello uterino
10 Cómo evitar errores en el examen colposcópico del cuello uterino y en el diagnóstico colposcópico provisional
11 Cómo proporcionar asistencia continua a las mujeres
12 Tratamiento de la neoplasia intraepitelial cervical mediante crioterapia
13 Tratamiento de la neoplasia intraepitelial cervical mediante escisión electroquirúrgica con asa (LEEP)
14 Descontaminación, limpieza, desinfección de alto grado y esterilización de los instrumentos empleados en el diagnóstico y tratamiento de la neoplasia cervical
Anexos
1 Ejemplo de un registro de colposcopia
2 Ejemplo de un formulario de consentimiento
3 Preparación de la solución de ácido acético al 5%, la yodoyodurada de Lugol y la de Monsel
4 Terminología colposcópica
5 El índice colposcópico modificado de Reid (RCI)*

Autores: John W. Sellors, R. Sankaranarayanan
Organización Panamericana de la Salud
Año: 2003
Páginas: 140
ISBN: 92-75-32471-9
Tamaño: 2.53 MB
Formato: PDF
Idioma: Español


Cardiología: Cardiología hoy 2010


Cardiología hoy 2010

Resumen anual de los avances en investigación y cambios en la práctica clínica

Tras el gran éxito alcanzado en su edición anterior, por segundo año consecutivo presentamos el e-book ‘Cardiología hoy’, una recopilación de los artículos que durante los últimos 12 meses hemos venido publicando en el blog del mismo nombre que ofrece la web de la Sociedad Española de Cardiología. Durante este año 2010 las evidencias científicas publicadas en las revistas de mayor impacto del ámbito cardiovascular no han hecho sino aumentar. Resulta por ello difícil escudriñar en su totalidad la literatura científica publicada cada semana, más aún si consideramos la enorme subespecialización de la cardiología actual (arritmias, hemodinámica, cardiopatía isquémica, insuficiencia cardiaca, imagen cardiaca, etc.).

Sociedad Española de Cardiología
Año: 2010
Páginas: 202
Tamaño: 1.13 MB
Formato: PDF
Idioma: Español


Cardiología: Cardiología hoy 2010


Cardiología hoy 2010

Resumen anual de los avances en investigación y cambios en la práctica clínica

Tras el gran éxito alcanzado en su edición anterior, por segundo año consecutivo presentamos el e-book ‘Cardiología hoy’, una recopilación de los artículos que durante los últimos 12 meses hemos venido publicando en el blog del mismo nombre que ofrece la web de la Sociedad Española de Cardiología. Durante este año 2010 las evidencias científicas publicadas en las revistas de mayor impacto del ámbito cardiovascular no han hecho sino aumentar. Resulta por ello difícil escudriñar en su totalidad la literatura científica publicada cada semana, más aún si consideramos la enorme subespecialización de la cardiología actual (arritmias, hemodinámica, cardiopatía isquémica, insuficiencia cardiaca, imagen cardiaca, etc.).

Sociedad Española de Cardiología
Año: 2010
Páginas: 202
Tamaño: 1.13 MB
Formato: PDF
Idioma: Español


Gineco-Obstetricia: Compendio de Patología Mamaria


Compendio de Patología Mamaria

Contenido:
Panorama epidemiológico
Mortalidad
Morbilidad
Anatomía de la glándula mamaria
Riesgo sanguíneo y drenaje linfático de la mama
Fisiología de la mama
Historia natural del cáncer mamario
Atención primaria
Orientación-consejería
Autoexamen mamario
Prevención secundaria
Semiología de la glándula mamaria
Exploración clínica
Estudios auxiliares de diagnóstico
Mastografía
Calcificaciones mamarias
Clasificación radiológica
Ultrasonido
Biopsia
Clasificación de patologías mamarias
Sarcomas
Fibroadenoma mamario
Tumor phyllodes
Papiloma canalicular y papilomatosis
Carcinoma papilar
Condición fibroquística
Lesiones asociadas a la condición fibroquística
Clasificación clínica del cáncer mamario
Clasificación de la UICC (versión 1996)
Estudio microscópico del tumor
Cáncer de mama y embarazo
Cáncer de mama en el varón
Indicaciones de los métodos quirúrgicos

Secretaría de Salud, México
Edición: 1ª
Año: 2002
Páginas: 90
ISBN: 970-721-091-5
Tamaño: 1.64 MB
Formato: PDF
Idioma: Español
Fuente: www.salud.gob.mx





RECIBE LIBROS POR EMAIL
Ingresa tu email:



Delivered by FeedBurner

Gineco-Obstetricia: Compendio de Patología Mamaria


Compendio de Patología Mamaria

Contenido:
Panorama epidemiológico
Mortalidad
Morbilidad
Anatomía de la glándula mamaria
Riesgo sanguíneo y drenaje linfático de la mama
Fisiología de la mama
Historia natural del cáncer mamario
Atención primaria
Orientación-consejería
Autoexamen mamario
Prevención secundaria
Semiología de la glándula mamaria
Exploración clínica
Estudios auxiliares de diagnóstico
Mastografía
Calcificaciones mamarias
Clasificación radiológica
Ultrasonido
Biopsia
Clasificación de patologías mamarias
Sarcomas
Fibroadenoma mamario
Tumor phyllodes
Papiloma canalicular y papilomatosis
Carcinoma papilar
Condición fibroquística
Lesiones asociadas a la condición fibroquística
Clasificación clínica del cáncer mamario
Clasificación de la UICC (versión 1996)
Estudio microscópico del tumor
Cáncer de mama y embarazo
Cáncer de mama en el varón
Indicaciones de los métodos quirúrgicos

Secretaría de Salud, México
Edición: 1ª
Año: 2002
Páginas: 90
ISBN: 970-721-091-5
Tamaño: 1.64 MB
Formato: PDF
Idioma: Español
Fuente: www.salud.gob.mx





RECIBE LIBROS POR EMAIL
Ingresa tu email:



Delivered by FeedBurner

Bromatología: Química de los Alimentos Badiu


Química de los Alimentos

Contenido:
1. Agua
2. Hidratos de carbono
3. Proteínas
4. Lípidos
5. Enzimas
6. Vitaminas
7. Color
8. Aroma y sabor
9. Aditivos
10. Estado de dispersión
11. Elementos de nutriología
12. Leche
13. Soya
Indice de materias

Autor: Salvador Badiu Dergal
Editorial: Alhambra Mexicana
Edición: 2ª
Año: 1990
Páginas: 648
ISBN: 968-444-095-2
Tamaño: 10.03 MB
Formato: DJVU, se adjunta WinDjView portable para leer el libro
Idioma: Español


Bromatología: Química de los Alimentos Badiu


Química de los Alimentos

Contenido:
1. Agua
2. Hidratos de carbono
3. Proteínas
4. Lípidos
5. Enzimas
6. Vitaminas
7. Color
8. Aroma y sabor
9. Aditivos
10. Estado de dispersión
11. Elementos de nutriología
12. Leche
13. Soya
Indice de materias

Autor: Salvador Badiu Dergal
Editorial: Alhambra Mexicana
Edición: 2ª
Año: 1990
Páginas: 648
ISBN: 968-444-095-2
Tamaño: 10.03 MB
Formato: DJVU, se adjunta WinDjView portable para leer el libro
Idioma: Español


Investigación Médica: Metodología de la Investigación Libro + CD


Metodología de la Investigación + CD

Contenido:
Capítulo 1
Similitudes y diferencias entre los enfoques cualitativo y cualitativo
Capítulo 2
El nacimiento de un proyecto de investigación cuantitativo, cualitativo o mixto: la idea
Capítulo 3
Planteamiento del problema cuantitativo
Capítulo 4
Elaboración del marco teórico: revisión de la literatura y construcción de una perspectiva teórica
Capítulo 5
Definición del alcance de la investigación a realizar: exploratoria, descriptiva, correlacional o explicativa
Capítulo 6
Formulación de hipótesis
Capítulo 7
Concepción o elección del diseño de investigación
Capítulo 8
Selección de la muestra
Capítulo 9
Recolección de los datos cuantitativos
Capítulo 10
Análisis de los datos cuantitativos
Capítulo 11
El reporte de resultados del proceso cuantitativo
Capítulo 12
El inicio del proceso cualitativo: planteamiento del problema, revisión de la literatura, surgimiento de las hipótesis e inmersión en el campo
Capítulo 13
Muestreo cualitativo
Capítulo 14
Recolección y análisis de los datos cualitativos
Capítulo 15
Diseños del proceso de investigación cualitativa
Capítulo 16
El reporte de resultados en el proceso cualitativo
Capítulo 17
Los procesos mixtos o multimodales

Autores: Roberto Hernández Sampieri, Carlos Fernández Collado, Pilar Baptista Lucio
Editorial: McGraw-Hill
Edición: 4ª
Año: 2006
Páginas: 882
ISBN: 970-10-5753-8
Tamaño: 43.97 MB
Formato: PDF
Idioma: Español
Contraseña: booksmedicos


_______________________________________



CD Metodología de la Investigación
Tamaño: 58.04 MB
Formato: Flash
Idioma: Español
Contraseña: booksmedicos



RECIBE LIBROS POR EMAIL
Ingresa tu email:



Delivered by FeedBurner

Investigación Médica: Metodología de la Investigación Libro + CD


Metodología de la Investigación + CD

Contenido:
Capítulo 1
Similitudes y diferencias entre los enfoques cualitativo y cualitativo
Capítulo 2
El nacimiento de un proyecto de investigación cuantitativo, cualitativo o mixto: la idea
Capítulo 3
Planteamiento del problema cuantitativo
Capítulo 4
Elaboración del marco teórico: revisión de la literatura y construcción de una perspectiva teórica
Capítulo 5
Definición del alcance de la investigación a realizar: exploratoria, descriptiva, correlacional o explicativa
Capítulo 6
Formulación de hipótesis
Capítulo 7
Concepción o elección del diseño de investigación
Capítulo 8
Selección de la muestra
Capítulo 9
Recolección de los datos cuantitativos
Capítulo 10
Análisis de los datos cuantitativos
Capítulo 11
El reporte de resultados del proceso cuantitativo
Capítulo 12
El inicio del proceso cualitativo: planteamiento del problema, revisión de la literatura, surgimiento de las hipótesis e inmersión en el campo
Capítulo 13
Muestreo cualitativo
Capítulo 14
Recolección y análisis de los datos cualitativos
Capítulo 15
Diseños del proceso de investigación cualitativa
Capítulo 16
El reporte de resultados en el proceso cualitativo
Capítulo 17
Los procesos mixtos o multimodales

Autores: Roberto Hernández Sampieri, Carlos Fernández Collado, Pilar Baptista Lucio
Editorial: McGraw-Hill
Edición: 4ª
Año: 2006
Páginas: 882
ISBN: 970-10-5753-8
Tamaño: 43.97 MB
Formato: PDF
Idioma: Español
Contraseña: booksmedicos


_______________________________________



CD Metodología de la Investigación
Tamaño: 58.04 MB
Formato: Flash
Idioma: Español
Contraseña: booksmedicos



RECIBE LIBROS POR EMAIL
Ingresa tu email:



Delivered by FeedBurner