Begitu Indonesia, tidak pernah memberikan kesempatan kepada yang muda untuk menunjukkan kemampuan dari dirinya, tetapi lebih memanjakan dan mengutamakan yang udah berpengalaman ( alias tua ) meskipun hasil dari mereka tersebut kurang memuaskan dan kurang mendapat dukungan dan respon dari masyarakat umum.
Begitu mereka yang lebih manja di panggil PSSI, apakah mereka tidak melihat apa yang diinginkan rakyat, yaitu permainan yang lebih energik alias semangat pantang menyerah bukan pemain yang loyo yang tidak memiliki semangat untuk berjuang. Seharus PSSI sudah bisa belajar dari pengalaman yang sudah ribuan tahun sejak zaman Gatot Koco ( ..... ) susunan pemain timnas Indonesia tidak pernah mengalami perubahan susunan pemain cuma itu - itu sehingga pemain lawan sudah membaca permainan dari pemain kita.
Seperti dengan adanya ketentuan baru bahwa Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) melarang para pemain yang mengikuti Liga Super Indonesia (ISL) masuk ke timnas. Membuat nama-nama Timnas U23 yang sedang bersinar seperti Titus Bonai ataupun Patrich Wanggai terancam tidak masuk. Karena hanya pemain yang berlaga di Indonesian Premier League (IPL) saja yang dapat dipanggil ke timnas.
PSSI memang hanya mengakui Indonesian Premier League sebagai kompetisi yang resmi dan tidak mengakui Indonesia Super League. Hal ini terkait tidak satunya suara soal statuta dan hasil kongres di Bali. "Harus dari IPL, sudah aturannya begitu. Karena pemain timnas itu harus dari kompetisi resmi yang disetujui PSSI, bukan dari ISL," kata penanggung jawab timnas Bernhard Limbong, Kamis, (24/11).
Dari hal diatas sudah terlihat Timnas Indonesia tidak akan pernah maju kalau diri kita sendiri yang menhancurkannya.
No comments:
Post a Comment